Reaktif dan Proaktif
Hari itu pak Jupri uring-uringan, bahwasanya WA penting yang seharusnya dibaca oleh pak RT tidak dibaca, padahal status WA online. Tidak hanya itu saja, pak Jupri berusaha telpon, tetapi juga tidak diangkat, apalagi ditanggapi. Pak Jupri wadul kepada tetangganya pak Agus, klo ketua RT ini kurang tanggap kepada keluhan warga. Ia berargumen pak RT tidak cocok lagi jadi RT karena kepemimpinannya tidak bisa mengayomi warga. Ia juga menyampaikan keluhan beberapa complain warga atas tindak Pak RT, pak Agus hanya manggut-manggut tak bisa berkata apa-apa.
Hal yang seperti itu seringkali kita dengar bahkan kita alami, tetangga mengeluh pada kita karena perilaku orang tertentu. Mungkin rekan kita atau teman sejawat kita yang mengeluh karena merasa disepelekan atau dituduh dengan bahasa halus oleh atasannya. Kadangkala sebagai teman kita menanggapi dengan tindakan yang kurang tepat, membela tanpa data, atau bahkan kita ikut mencak-mencak, dan membelanya atas nama kebenaran dan keadilan, padahal yang kita tahu hanya sekelumit dan sebagian kecil saja. Kita mengatakan sebagai ketidakadilan, arogansi, pilih kasih dan bahkan kita turut berteori yang muluk- muluk mengenai kepemimpinan meski yang kita ketahui juga hanya sedikit.
Sesungguhnya ada 2 hal penting dalam bereaksi dan menanggapi hal-hal semacam itu dalam kehidupan kita bersama yaitu :
- Reaktif adalah sifat cenderung, tanggap atau segera bereaksi terhadap sesuatu yang timbul (KBBI). Biasanya orang yang bereaksi itu mengindentifikasi sebagai korban, cenderung menyalahkan orang lain, sehingga tidak dapat menangkap peluang yang timbul akibat peristiwa yang dia alami.
- Proaktif adalah tindakan yang aktif (KBBI), tidak hanya mengambil inisiatif, tetapi lebih dari itu, ada sikap tanggung jawab, mencari solusi dan tidak menggantungkan permasalahan diselesaikan oleh pihak lain dan kita berlaku seperti polisi atau menyalahkan orang lain. Bahkan orang yang proaktif mampu menangkap peluang yang ada dan dapat meningkatkan kualitas diri dan orang lain melalui peristiwa yang dialaminya.
Ilustrasi di atas, bila kita menjadi pak Jupri rasanya tidak penting kita mengadu kepada pak Agus dan menyalahkan pak RT, bahkan mengumpulkan fakta yang dapat menjatuhkan pak RT. Kita memiliki pilihan yang lain yang justru lebih baik yaitu dengan menyampaikan ke Skretaris RT untuk diteruskan ke pak RT, dan kita bisa mengusulkan untuk buat grup RT sehingga komunikasi berjalan baik. Bahkan bisa saja muncul usulan-usulan lain dari sebuah langkah proaktif, mampu meningkatan kualitas diri dan orang lain bahkan dapat memberdayakan orang lain untuk bertindak proaktif. Tugas kita adalah membangun komunitas yang saling membangun, berdaya dan berkualitas dalam kebersamaan. (BWH)
Recent Comments