SEHAT
Hari-hari ini, kesehatan semakin nyata bukan sebagai jaminan umur panjang. Banyak orang yang rajin olah raga, masih muda, tidak punya latar belakang penyakit bawaan, rutin minum vitamin, menjaga pola hidup sehat, dll., tapi tiba-tiba berpulang dipanggil Tuhan. Mereka yang pagi sehat segar bugar, sore sudah tidak ada. Mereka bisa berpulang karena kecelakaan, bencana, wabah, serangan jantung atau hal lainnya. Tapi, yang paling menarik adalah bila ada orang sehat, yang berpulang bukan karena itu semua. Bukan karena kecelakaan, bencana, wabah atau malapetaka lainnya. Orang sehat yang meninggal karena Tuhan sudah mengatakan waktunya untuk pulang. Salah satunya adalah Harun. Adiknya, Musa, juga demikian. Pada usia 120 tahun, masih sehat, masih bisa naik ke atas gunung Nebo dan meninggal di sana. Mari kita perhatikan Harun dalam ayat ini, menjelang ajalnya, ia masih bisa mendaki gunung Hor.
a. Harun sangat sehat.
Menjelang ajalnya, ia masih bisa naik gunung yang cukup tinggi. Tinggi gunung Hor adalah 4.780 kaki di atas permukaan air. Ia bisa naik sendiri tanpa perlu dituntun. Ia bisa naik sendiri sampai ke puncaknya. Yang bagi sebagian orang, melihat saja, sudah membuat segan untuk naik, karena cukup tinggi. Terbayang kesulitan dan beratnya naik gunung tinggi semacam itu. Apalagi untuk orang sepuh berusia 123 tahun ini. Ia menaiki gunung tersebut langsung, tidak pakai percobaan dan pengulangan.
b. Harun sangat sadar.
Harun bukan hanya sehat badannya, tapi juga pikirannya. Ia tidak sedang mabuk, fly atau dibantu obat kuat apapun. Ia tidak minum minuman penambah energi, kekuatan, dll. Ia sadar dan jelas mengerti semua perkataan Tuhan kepadanya. Termasuk pada waktu Tuhan memberi tahu bahwa ia akan meninggal di atas gunung tersebut. Sebuah informasi yang bagi kebanyakan orang tentu sangat menakutkan. Siapa yang tidak gentar diberi tahu dengan jelas kapan dan di mana akan meninggal? Tapi, Harun tidak takut. Ia tidak gentar. Ia tidak undur. Ia naik ke atas gunung itu dengan tegar dan meninggal di sana.
c. Harun sangat siap.
Dalam posisi ini, Harun sangat rendah hati. Tidak ada pemberontakan, keberatan, pertanyaan, keluhan untuk menawar ketetapan Allah ini. Ia tidak menolak, menunda dan menyangkal ketetapan Allah ini. Ia menjalani panggilannya dengan setia. Ia siap pulang. Ia sangat bersyukur untuk semua karya Allah dalam hidupnya. Ia sungguh merasa tidak layak bisa sampai usia begitu banyak dan meninggal dengan terhormat, lebih tua dari adiknya Musa. Mengingat banyak sekali hal yang kurang baik, yang ia lakukan. Terutama dalam kaitannya dengan penyembahan anak lembu emas.
Bagaimana dengan kita hari-hari ini, sadarkah bahwa kita bisa berpulang kapan saja? Siapkah bila memang Tuhan mau kita pulang hari ini? Relakah kita pulang dengan semua hal yang kita perbuat dan tinggalkan? Mari senantiasa siapkan hati dan hidup kita untuk pulang. Saat Tuhan mau kita pulang, kita bisa pulang dengan hati yang siap, rela dan lega. ASH.
Recent Comments