Select Page

BERHADAPAN

Kata ini dalam terjemahan lain diterjemahkan bertentangan. Bahkan lebih jelas lagi dalam terjemahan NIV, diterjemahkan hostility, permusuhan. Mengapa orang bisa hidup bermusuhan seperti itu? Sesuatu yang seharusnya tidak boleh dipilih dan memang tidak ada dalam pilihan hidup anak Tuhan, tapi kenyataannya, masih banyak anak Tuhan yang memilih hal tersebut. Tidak heran hal-hal tersebut marak dalam hidup anak Tuhan dalam segala bentuk, mulai dari yang ”paling halus” sampai yang paling kasar. Benci, iri hati, dengki, tidak suka bertemu, tidak mau berkomunikasi, tidak mau menyapa, dll., sampai memukul, melukai, bahkan membunuh. Kita bisa melihat hal itu dalam kehidupan anak-anak Abraham dan keturunannya. Mengapa anak Tuhan bisa memilih melakukan hal-hal tersebut?

a.       Tidak ada penekanan yang serius tentang kasih.

Kalau kita perhatikan kisah Abraham dengan keluarganya ini, sangat kurang sekali, bahkan sedikit sekali pengajaran dan penekanan hal mengasihi, mengampuni, menerima perbedaan, menolong saudara, dll. Perhatikan daftar dan kisah keturunan anak-anak Abraham dengan Ketura dalam pasal 25 ini atau daftar anak-anak Ismael, tidak ada pengajaran serius dan tegas tentang mengasihi. Kita ingat juga, bagaimana cara Abraham menyelesaikan masalah antara dirinya dan Lot (Kej. 13), lalu dengan istri-istrinya, yaitu Sara dan Hagar. Pada akhirnya, Hagar diminta pergi berpisah dari Sara (Kej. 21). Apakah hal itu yang memang seharusnya dilakukan dalam keluarga anak Tuhan? Apakah perpisahan adalah cara terbaik untuk menyelesaikan konflik yang ada?

 

b.      Tidak ada pernyataan yang dalam tentang penerimaan.

Hagar tidak diterima dalam keluarga Abraham. Ismael juga tidak diterima. Esau dan Yakub juga tidak diperlakukan adil oleh Isak dan Ribka. Isak lebih sayang kepada Esau. Sedangkan Ribka lebih sayang kepada Yakub (v 28). Ada banyak luka batin yang tak terselesaikan. Kepahitan, kekecewaan, kesedihan yang tak terbukakan, membuat hati anak-anak ini menjadi keras, pahit dan kasar. Tidak ada sopan santun, kasih, penerimaan juga kepada orang lain.

 

c.       Tidak ada perwujudan yang konkrit dalam kepedulian.

Kasih dan kepedulian memang harus ditunjukkan dengan jelas. Tidak bisa hanya berupa kata-kata atau air mata. Harus terwujud dalam tindakan nyata. Itulah yang hilang dari hidup anak-anak Abraham ini. Khususnya, waktu mereka mendengar bagaimana Hagar harus mengungsi ke Mesir, tidak ada yang peduli dan menolongnya memulai hidup baru di tempat yang jauh. Juga waktu mendengar bagaimana Ismael hampir mati kehausan di padang gurun, tak ada yang peduli. Dan kisah-kisah lain yang membuat mereka ini mengambil kesimpulan untuk tidak mengharapkan bantuan, kasih dan pertolongan orang lain dengan cara baik. Kalau mau bertahan, ya harus keras, merampas, merampok, mencucurkan darah, dll.

 

Bagaimana dengan kita sebagai anak-anak Tuhan? Kadang situasi kita mungkin juga hampir sama dengan anak-anak dan keturunan Abraham. Mungkin kita merasa diperlakukan tidak adil, tidak ada yang peduli, tidak ada yang membukakan jalan, dll. Lalu apakah kita harus bersikap bermusuhan (hostility) atau tetap mengasihi, ramah dan baik (hospitality)?

 

Apakah kita masih percaya kuasa Tuhan di tengah pandemi dan masa depan yang tidak jelas? Apakah kita sudah dan sedang mentertawakan Firman Tuhan? Mari kita teguhkan hati dan semangat. Kita terus percaya, bahwa ada maksud Tuhan yang indah di balik ini semua dan wabah ini pasti berlalu sesuai dengan rencana dan kehendak Tuhan.

ASH