Select Page

40 HARI 40 MALAM

Sungguh Musa dan bangsa Israel waktu itu mendapat banyak hal yang sangat mengagumkan dalam hidup mereka. Mereka mengalami dan melihat hal-hal yang orang lainnya tidak akan mengalami. Siapa lagi yang bisa melihat 10 tulah ajaib terjadi di depan mata mereka? Siapa lagi yang bisa berjalan di dasar Laut Merah yang kering dengan dinding-dinding air laut yang menjulang tinggi? Siapa lagi yang bisa berjalan dipimpin tiang awan dan tiang api? Siapa lagi yang bisa makan Manna dan burung puyuh tiap hari selama 40 tahun? Dan banyak hal ajaib lainnya yang mereka alami secara nyata dan pribadi.

Namun, bukan berarti Tuhan pilih kasih. Seolah Tuhan mengasihi mereka lebih dari bangsa lainnya di zaman lainnya. Kalau kita bandingkan, tentu pengalaman mereka yang luar biasa, tidak lebih luar biasa dari pengalaman bangsa Israel pada waktu zaman Yesus. Mereka bisa melihat Yesus secara fisik, berkomunikasi, mendengar khotbah dan melihat mujizat-mujizat Yesus langsung dengan mata kepala mereka. Mereka juga bisa menyaksikan bukti kasih yang konkrit waktu Yesus menolong orang sakit, orang berdosa, bahkan orang mati tanpa syarat. Dan kisah-kisah ajaib lainnya yang mereka bisa lihat dari Yesus langsung. Mana yang lebih luar biasa? Mana yang lebih besar berkatnya? Orang-orang pada zaman Musa atau orang-orang pada zaman Yesus?

Lalu kita merasa kecil hati, bagaimana dengan kita hari ini, apakah kita tidak memiliki pengalaman yang luar biasa? Apakah pengalaman-pengalaman kita hari ini kalah ajaib dengan pengalaman-pengalaman mereka? Mungkin kalau mereka ditanya apakah mau menukar pengalaman mereka dengan naik pesawat terbang super sonik, naik kereta api super cepat (hyper loop train), berbicara dengan kerabat di tempat yang begitu jauh dengan bebas, lancar dan gratis (free video call), dll., mereka akan menjawab bersedia. Saya percaya, yang penting bukan bentuk pengalamannya, tapi pengalaman itu sendiri. Apakah dalam setiap hal tersebut, kita bisa menemukan campur tangan Tuhan yang ajaib di dalam setiap hal yang terjadi?

Dalam hal ini, kita melihat, Musa mengalami hal yang sangat lain dari pada yang lain.

a.       Ia dipanggil secara pribadi.

Hanya dia yang diperbolehkan mendekat dan naik ke puncak gunung di mana Musa akan tinggal selama 40 hari 40 malam.

 

b.      Ia bisa melihat Tuhan.

Memang tidak dijelaskan bagaimana bentuk fisik Tuhan, apakah tinggi? Bagimana mata-Nya? Bagaimana rambut-Nya? Sedang memegang apa? Volume suara-Nya? Dll. yang pasti, ia melihat Tuhan.

 

c.       Ia diberikan 2 loh batu hukum Tuhan.

Tuhan bukan hanya memberikan Musa kata-kata lisan. Tapi, Ia juga memberikan batu yang sudah tertulis 10 hukum Tuhan. Tuhan yang menulis dan memberikan batu itu.

 

d.      Ia tinggal bersama Tuhan selama 40 hari 40 malam.

Ia tidak berbicara dengan orang lain selama 40 hari 40 malam. Ia tidak naik turun gunung selama 40 hari 40 malam. Ia tidak melakukan aktivitas yang biasanya manusia lakukan tiap hari, seperti mandi, dll. Ia tinggal dalam hadirat Tuhan selama 40 hari 40 malam.

 

Sungguh pengalaman yang luar biasa. Kita juga punya pengalaman-pengalaman yang luar biasa. Yang penting, apakah kita menemukan Tuhan dalam tiap pengalaman-pengalaman hidup kita, seperti Musa yang menemukan Tuhan pada waktu itu. Jadi, bukan ajaibnya, pengalamannya, tempatnya, banyaknya, dll., tapi Tuhannya. Apakah kita jadi lebih mengenal Tuhan melalui pengalaman-pengalaman hidup kita? Apakah kita jadi lebih rohani setelah kita mengalami hal-hal yang kita alami? Musa menjadi lebih mengenal dan rohani, pada waktu ia turun dari gunung setelah 40 hari tersebut.