Select Page

DAMAI.

Kita bisa membayangkan betapa damainya situasi dan suasana orang-orang yang hidup di dalam Tuhan. Orang-orang dengan berbagai warna kulit, usia, jenis kelamin, latar belakang pendidikan dan semua yang lain, bisa hidup penuh damai di dalam Tuhan.

Keadaan itu digambarkan seperti binatang buas yang bisa hidup berdampingan bersama binatang yang lemah, yang biasanya menjadi makanan dari binatang-binatang buas tersebut.

Ini bukan asal hidup berdampingan. Ini bukan asal hidup bersebelahan. Ini juga bukan asal hidup berdekatan. Kalau hidup bersebelahan atau berdekatan, kita bisa bandingkan dengan binatang-binatang di taman safari atau kebun binatang. Mereka hidup bersebelahan dan berdekatan satu sama lainnya. Tapi begitu dinding pemisah mereka dibuka, maka mereka akan saling melahap dan membinasakan. Begitu ada kesempatan, maka akan terjadi pertumpahan darah. Begitu tidak ada yang menghalangi, maka sifat asli mereka menjadi nyata. Hukum rimba akan berlaku. The survival of the fittest akan terjadi. Tidak ada kedamaian, ketenangan dan kenyamanan dalam suasana seperti itu. Jadi bukan jaraknya dan tempatnya atau yang lain sebagainya yang diubah, tapi hatinya.

Koq bisa serigala yang biasa makan anak domba, bisa hidup berdampingan? Koq bisa singa yang biasa makan lembu, bisa hidup berdampingan? Itulah perubahan hati. Perubahan sifat. Perubahan karakter.

Jadi damai bukan persoalan jarak (kalau berjauhan, tidak ribut), tempat (kalau tempat menyenangkan, tenang, sejuk, dll., orangnya baik-baik. Bukan seperti kalau orang yang tinggal di dekat laut, yang katanya lebih bertemperamen), lokasi (kalau sedang di gereja, kelihatan damai), dll.

Damai itu persoalan hati. Hati yang diubahkan menjadi baru oleh Tuhan. Jadi kalau Tuhan tidak mengubahkan, maka tidak mungkin ada damai sejati di dalam kehidupan kita. Kalau sifat kita tidak diubahkan, tidak mungkin kita bisa mempraktekkan Firman Tuhan untuk bisa mengasihi orang yang sangat berbeda dari kita, sudah merugikan kita, tidak sesuai harapan kita, dll.

Dalam bulan keluarga ini, kita mau meningkatkan komunikasi dan kebersamaan kita di dalam keluarga kita masing-masing. Kiranya tiap keluarga kita bisa dipenuhi damai Tuhan. Kiranya cinta Tuhan senantiasa memberkati dan memenuhi hati kita semua dan mengalir menjadi berkat bagi semua keluarga yang ada di sekitar kita.