Select Page

IMAN

Betapa sering kata ini kita dengar dan kita katakan dalam keseharian kita. Namun, mungkin tidak semua kita memiliki pemahaman yang sama tentang kata ini. Mari bersama kita renungkan sebuah pandangan yang kiranya dapat lebih menguatkan iman kita bersama.

Mari kita fokus kepada iman ibu dari Siro Fenisia ini. Sering kita mendengar sharing atau orang mengatakan bahwa ”Karena iman ibu inilah, maka Tuhan memberikan mujizat kesembuhan kepada anaknya, dst.” Apakah memang demikian yang mau disampaikan dalam kisah ini? Apakah karena iman yang sedemikian rupa, maka Tuhan mengabulkan apa yang dimintanya? Kalau memang demikian, berarti iman bisa mendapatkan apa saja. Iman bisa memaksa atau memojokkan Tuhan untuk memberikan apa yang kita minta. Iman adalah syarat bagi sebuah mujizat.

Kalau demikian, berarti kasih Tuhan itu bersyarat. Hanya bagi orang yang beriman sedemikian rupa besarnya dan kuatnya, Tuhan memberikan mujizat atau jawaban doa seperti yang dikehendaki orang tersebut.

Bolehkah Tuhan tidak mengabulkan apa yang kita minta, walau kita sudah memintanya dengan penuh iman? Bolehkah Tuhan berkata tidak terhadap seruan doa kita yang sudah kita panjatkan dengan segenap hati? Bolehkah Tuhan punya pilihan yang lain di luar apa yang kita minta kepada-Nya?

Perhatikan kata ”Besar imanmu” (v 28) ini. Kata ini bukan hanya bisa diterjemahkan besar, tapi juga agung (great, KJV, NET, NIV) atau kuat (strong, GWT). Saya lebih jelas dengan terjemahan great ini. Yang bukan menunjukkan ukuran (big atau small) atau tekad bulat (strong atau weak), tapi lebih ke arah pemahaman sikap seharusnya tatkala memohon sesuatu kepada Tuhan.

 

Beberapa hal yang bisa kita pelajari dari iman ibu ini:

a.       Iman yang berani (The hardy high spirited faith).

Keberanian ibu ini tidak bisa kita sangkal. Memang ibu ini sangat berani. Ia tidak takut apapun. Walau ia bukan orang Yahudi. Walau ia belum pernah kenal dekat dan memiliki pengalaman secara pribadi dengan Yesus. Walau ia hanya seorang ibu yang sederhana (Di mana wanita saat itu tidak dianggap setara dengan pria). Walau ia hanya seorang diri, tanpa ditemani suami atau keluarga dan teman-teman lainnya. Dll. Tapi itu semua tidak menghalanginya untuk berseru dengan keras (cry out loud) kepada Yesus (v 22).

b.      Iman yang rendah hati (The humble faith).

Ia yang datang kepada Yesus. Ia mengatakan kata-kata dan sikap yang penuh kerendahan hati (“Kasihanilah aku,” v 22). Ia membungkuk dan meminta dengan sopan pertolongan Tuhan (“Bowed down and said, “Lord, help me,” v 25). Ia tidak marah dan tersinggung, walau ia dianggap orang yang tidak setara dengan orang-orang lainnya. Ia tidak membalas kata-kata yang mungkin kurang enak didengarnya.

c.       Iman yang jujur (The honest faith).

Ia dengan jujur mengatakan perasaannya, pergumulannya dan kesedihannya, bahwa anak perempuannya sedang sakit keras dan kerasukan setan. Ia tidak meminta hal lainnya. Ia tidak mengatakan hal lainnya panjang lebar. Permintaannya jujur dan terus terang (straight forward).

d.      Iman yang berserah kepada Tuhan (The honoring God’s will faith).

Ini point yang paling penting, yang bisa kita perhatikan. Ia tidak memaksa harus sekarang dan harus cepat. Ia tidak menekan. ia tidak mengancam. Ia berserah sepenuhnya kepada Tuhan. Ia tahu apa yang Tuhan berikan pasti yang terbaik. Waktu Tuhan juga pasti yang terbaik.

 

Banyak orang imannya adalah iman yang iri hati. Ia ingin seperti pengalaman orang ini dan itu. Ia ingin doanya cepat dikabulkan. Ia ingin mengatur Tuhan seperti yang dikehendakinya. Ia merasa seperti atasan Tuhan yang memerintah Tuhan harus begini dan begitu.

 

Bagaimana dengan situasi kita hari ini? Rasanya keadaan tidak makin membaik. Penyakit dan orang sakit makin bertambah banyak. Keadaan ekonomi juga membuat stress, dll. Apakah kita masih percaya bahwa segala sesuatu ini Tuhan izinkan demi kebaikan kita? Apakah kita masih berdoa kepada Tuhan? Apakah kita masih beriman kepada Tuhan?

 

Dalam bulan perdamaian, kiranya hati kita dipenuhi damai dan selalu percaya bahwa segala sesuatu ada dalam genggaman tangan Tuhan yang mengatur dengan sempurna indah pada waktunya. (ASH)