Select Page

DIA dan dia
Efesus 5 : 22 – 24

Menyatukan/menyamakan 2 kesukaan/hobby/kebiasaan yang sama tentunya tidak ada masalah. Kalaupun ada masalah, itu dapat diabaikan. Tetapi menyatukan berbagai perbedaan antara suami istri dalam keluarga adalah tantangan yang sulit dihadapi walaupun bukan berarti tidak mungkin.
Diperlukan pengorbanan, usaha keras dan juga pemahaman yang benar bagaimana seharusnya hubungan suami istri itu dibangun.

Dalam surat Efesus ini, Paulus dengan jelas menjelaskan hal tsb. Menurut Paulus, posisi suami istri dalam keluarga harus bercermin pada hubungan Kristus dan jemaat (ayat 24). Kesediaan untuk tunduk pada suami ditunjukkan sebagai wujud ketaatan kepada Kristus.

“Hai istri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan”. Apakah masih relevan? Apakah masih berlaku dalam jaman modern ini? Apakah masih bisa dilakukan dalam jaman emansipasi perempuan? Tunduk kepada suami seringkali diartikan sebagai bentuk kepatuhan untuk mendengar dan melakukan tanpa dapat berkomentar dan tidak memiliki hak untuk mengutarakan pendapat di tengah urusan rumah tangga.

Apa yang dapat kita pelajari dari ayat2 ini?
1. Tunduk adalah perintah Tuhan.
Mungkin banyak perempuan yang tidak setuju atau tidak suka dengan ayat ini. Masalahnya ini adalah perintah Tuhan. Tujuannya supaya sebuah pernikahan itu berhasil dan sukses. Istri tunduk kepada suami dan suami istri tunduk pada Tuhan. Ketika istri tunduk pada suami, pada saat yang sama ia telah tunduk pada Tuhan yang telah mengatur susunan pernikahan seperti itu. Inilah pengertian dr tema kita, DIA dan dia. Kita menyatakan ketundukan kpd DIA melalui tunduk pd dia. Bgmn kita bs tunduk pd DIA yg gk kelihatan, kalau kita tdk bs tunduk pd suami yg kelihatan?

2. Tunduk adalah soal pikiran dan sikap hati.
Ketundukan istri kepada suami bukan sekedar tindakan yang dpt dilihat dari luar, tetapi bagaimana sikap hati dan pikiran yang rela tunduk pada suami.
Apakah ada artinya kalau seorang istri menaati suaminya hanya gara2 perasaan takut, padahal ia ingin memberontak dari situasi seperti itu? Ada berapa banyak istri yang tampaknya menuruti suaminya, tetapi hati mereka memberontak, mencibir, menggerutu, bersungut2? Jelas bukan tunduk seperti ini yang dikehendaki Tuhan. Tunduklah dgn sukacita, sukarela dan suka hati.

3. Tunduk adalah suatu praktek yg hrs dilakukan secara kontinyu/terus menerus.
Seorang istri tidak tunduk kepada suaminya hanya sekali/sehari dalam pernikahan mereka. Tetapi hal itu dilakukan terus menerus selama hidup mereka.
Ada atau tidak ada suami di samping istri, istri harus tetap menunjukkan sikap tunduk pada suaminya.

Dengan dasar2 seperti diatas, tidak ada alasan bagi istri untuk tidak tunduk kepada suami, terlepas dari bagaimana keadaan istri yang lebih pandai, lebih kaya, lebih cekatan, dll maupun keadaan suami yang lemah dalam kepemimpinan, kurang pandai, penghasilan lebih kecil, dll.
Justru istri yg bs begitu malah menunjukkan kebsrannya sbg seorg istri. Krn kebsrannya bkn dipakai utk mengecilkan suami, tp utk membsrkan suami. Apa bagusnya kalau istri yg tampil bsr, sdgkan suami justru tenggelam dlm dominasi istri? Jd kalau mmg istri itu adl mmg benar bnyk karunia, talenta, skill lbh dr suami, mk ia hrs bs memakai itu semua utk mendorong dan membuat suami bs lbh baik sbg kepala keluarganya.