Select Page

Kisah Para Rasul 10:1-2.

”Di Kaisarea ada seorang yang bernama Kornelius, seorang perwira pasukan yang disebut pasukan Italia. Ia saleh, ia serta seisi rumahnya takut akan Allah dan ia memberi banyak sedekah kepada umat Yahudi dan senantiasa berdoa kepada Allah.”

MEMBERI

Banyak orang tidak suka memberi. Memberi adalah kata yang menakutkan. Banyak orang lebih suka menerima dari pada memberi. Kalaupun memberi, mereka memberi dengan banyak perhitungan, tuntutan dan harapan menerima kembali lebih banyak dari apa yang sudah diberikan. Bahkan ada orang yang memberi dengan harapan nanti di Surga, ia bukan hanya akan diselamatkan, tapi juga mendapatkan rumah yang besar sesuai harapannya dan sebesar pemberiannya selama dalam dunia. Jarang menemukan orang yang memberi dengan benar.

Dalam ayat ini, kita menemukan salah satu orang yang jarang tersebut. Orang yang hidupnya dapat kita teladani. Ia bukan seorang rohaniwan atau pemimpin agama, yang sehari-hari berada di gereja. Ia justru bekerja dalam dunia sekuler sebagai perwira pasukan Italia. Bisa kita bayangkan hidup seorang prajurit seperti dia. Tapi menariknya, Alkitab mengatakan bahwa ia adalah seorang yang saleh. Ia dan seisi rumahnya. Luar biasa. Prestasi yang jarang ada dalam hidup kebanyakan orang. Rupanya, ia bisa menyandingkan antara kesalehan dengan kehidupan seorang prajurit dan perannya sebagai kepada keluarga. Tidak selalu seorang prajurit hidupnya jauh dari Tuhan. Tidak selalu seorang prajurit, keluarganya berantakan. Saya jadi ingat hal yang kelihatan kontradiktif tapi positif seperti itu, yaitu antara kekayaan dan kesalehan. Tidak selalu orang kaya hidupnya tidak saleh. Kita bisa melihat hidup Abraham, Ayub, orang muda yang kaya, dst. Mereka adalah orang kaya, tapi juga saleh. Bahkan Ayub secara khusus, ia kaya, saleh dan juga seorang kepala keluarga yang baik, yang selalu berdoa untuk anak-anaknya. Namun, fokus kita bukan kepada hal-hal itu.

Kali ini, kita akan fokus hanya kepada kaitan antara memberi dan kesalehan. Bisakah orang yang memberi tetap saleh? Bisakah orang saleh tanpa memberi? Bisakah pemberian menambah kesalehan?

Kornelius memberi teladan kepada kita, bahwa orang bisa tetap saleh, walau ia memberi. Itu berarti ia memberi dengan benar. Ia memberi tidak dengan motivasi menguasai, mendapat keuntungan-keuntungan tertentu untuk kariernya, mendapatkan kembali lebih banyak dari pemberiannya, menyombongkan diri, dipuji manusia, dll. Sungguh banyak hal yang bisa membuat orang yang memberi banyak seperti dia menjadi tidak saleh. Tapi luar biasanya dia bisa bebas dari hal-hal tersebut. Tidak heran, keluarganya juga menjadi takut kepada Tuhan, karena teladan hidupnya yang luar biasa tersebut.

Ia tidak hanya rajin berdoa, tapi ia seorang yang murah hati. Ia memberi banyak kepada banyak orang (generous). Dan penyebutan kata memberi diletakkan sebelum kata berdoa. Seolah ia tidak mau lupa atau ketinggalan. Ia mau memberi dulu, sebelum berdoa. Seolah, ia mau menyamakan memberi dan berdoa. Memberi sama banyak dengan berdoa. Tiap kali mau berdoa, ia memberi dulu. Sungguh luar biasa.

Ia tidak terganggu dengan orang lain, apakah orang lain juga memberi banyak atau tidak. Apakah orang lain tahu atau tidak. Apakah orang lain memuji atau mencibir. Apakah orang yang menerima pemberiannya berterimakasih atau tidak. Dll. Ia hanya memberi dan melakukan bagiannya dengan baik. Ia hanya merasa dengan begitu, ia bisa mewujudkan kesalehannya secara praktis dengan baik. Ia merasa bisa mempertanggungjawabkan imannya dengan baik. Ia merasa bisa menjadi seorang kepala keluarga yang baik. Ia tidak merasa pincang, hanya banyak berdoa, tapi dalam kehidupan sehari-hari, tidak melakukan apa-apa.

 

Bagaimana dengan kita hari ini? Rasanya keadaan mempersulit kita untuk bisa memberi. Kita merasa memberi itu mustahil dalam keadaan seperti ini. Tapi, apakah memang memberi itu harus karena keadaan semua serba lancar? Tatkala simpanan dan tabungan kita sudah menggunung?

 

Kiranya dalam bulan perdamaian ini, hati kita dipenuhi damai dan keyakinan akan pemeliharaan Tuhan yang sempurna atas hidup kita, sehingga kita bisa selalu kuat dan semangat dalam menjalani hari-hari kita dengan baik dan bermurah hati kepada orang lain di sekitar kita yang membutuhkan. (ASH)